Panen Lemon Taiwan Menghadapi Krisis: Perubahan Iklim dan Topan Menghancurkan Produksi

Petani Pingtung Berjuang Saat Produksi Bisa Anjlok 50-70% Akibat Cuaca Ekstrem
Panen Lemon Taiwan Menghadapi Krisis: Perubahan Iklim dan Topan Menghancurkan Produksi

TAIPEI (Taiwan News) — Petani lemon di Pingtung, Taiwan, menghadapi situasi yang sangat buruk karena mereka bergulat dengan konsekuensi yang menghancurkan dari perubahan iklim dan kerusakan topan yang parah. Panen mendatang diprediksi akan berdampak signifikan, dengan produksi berpotensi turun sebesar 50% hingga 70% yang mencengangkan.

Hsu (許), seorang petani lemon dari Kota Jhutian, menyoroti penurunan laju pembentukan buah, terutama karena kerusakan cabang yang disebabkan oleh topan tahun lalu. Ia memperkirakan pengurangan hasil yang dramatis menjadi sekitar 600 kilogram per 970 meter persegi, yang sangat kontras dengan biasanya 2.400 kilogram.

Petani lain, Chang (張), menyatakan keprihatinannya tentang potensi kerugian finansial, dengan menyatakan bahwa dengan investasi sekitar NT$70.000 (US$2.368) hingga NT$80.000 per 970 meter persegi, ia bisa menghadapi kerugian lebih dari NT$500.000. Ia memohon kepada pemerintah untuk memberikan bantuan keuangan guna meringankan dampak krisis tersebut.

Hsu (許) juga menekankan perlunya peningkatan sistem pencegahan dan pemulihan bencana. Anggota Parlemen DPP Hsu Fu-kuei (徐富癸), yang memeriksa ladang dengan pejabat pemerintah daerah dan pusat, mendesak Kementerian Pertanian untuk mempercepat bantuan dan membangun sistem peringatan dini untuk tanaman yang rentan, seperti lemon.

Hsu Fu-kuei (徐富癸) memperingatkan bahwa perubahan iklim akan terus mengintensifkan dampaknya pada pertanian, yang berpotensi menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi petani jika bantuan tidak diberikan segera. Ia mencatat bahwa topan tahun lalu juga memengaruhi panen leci, mangga, dan alpukat.

Kung Tai-wen (龔泰文), seorang pejabat dari Asosiasi Petani Kota Jiouru, menyatakan bahwa perkiraan resmi menunjukkan penurunan 50% pada panen lemon tahun ini, per tanggal 28 April. Ia mengaitkan krisis tersebut dengan fluktuasi suhu yang luas antara siang dan malam, yang menyebabkan jatuhnya buah sebelum waktunya.

Kung (龔泰文) menjelaskan bahwa suhu malam hari pada musim semi ini turun menjadi sekitar 14 derajat Celcius, jauh di bawah suhu ideal 20 derajat untuk budidaya lemon. Ia mengamati lemon kecil yang belum matang berserakan di tanah dan mencatat kerusakan akibat sengatan matahari pada buah yang lebih besar, sehingga tidak cocok untuk panen. Faktor-faktor gabungan ini terutama terkait dengan dampak perubahan iklim.

Menurut Kung (龔泰文), lemon sudah melemah oleh topan yang dialami pada tahun 2023, dan perubahan iklim kemudian memperburuk situasi lebih lanjut, menciptakan keadaan yang menantang bagi petani lemon.



Sponsor