Candi Borobudur: Suar Kerukunan dan Toleransi

Menteri Fadli Zon Soroti Peran Borobudur dalam Memupuk Pemahaman dan Perdamaian Beragama
Candi Borobudur: Suar Kerukunan dan Toleransi

Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon telah menekankan pentingnya Candi Borobudur, bukan hanya sebagai tujuan wisata yang luar biasa, tetapi juga sebagai simbol kuat toleransi dan harmoni di antara komunitas agama di Indonesia. Pernyataannya ini muncul setelah peringatan Hari Raya Waisak baru-baru ini, hari suci bagi umat Buddha di seluruh dunia.

"Borobudur, sebagai situs warisan budaya, adalah sumber kebanggaan bagi bangsa Indonesia," kata Zon. Ia menyoroti evolusi candi dari monumen bersejarah menjadi simbol persatuan dan pertumbuhan spiritual yang hidup. Merefleksikan tema Hari Raya Waisak 2025, "Meningkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan untuk Mencapai Perdamaian Dunia," Zon menyatakan harapannya agar hari suci ini menginspirasi refleksi dan introspeksi untuk menumbuhkan perdamaian sejati secara global.

Zon menghubungkan relevansi tema tersebut dengan iklim global saat ini, yang ditandai oleh konflik yang sedang berlangsung yang memicu kebencian dan penderitaan. Ia menekankan bahwa nilai-nilai inti yang diwujudkan oleh keagungan Candi Borobudur dapat berdampak positif pada bangsa dan sekitarnya. Menteri juga menyoroti nilai-nilai spiritual universal Borobudur, menjadikannya tempat terbuka bagi seluruh umat manusia.

"Saya berkomitmen untuk terus mempromosikan Borobudur sebagai tempat yang membawa kedamaian, inspirasi, dan pencerahan bagi siapa saja yang mengunjunginya," tegas Zon.

Majelis Buddhayana Indonesia (WALUBI) juga menegaskan kembali dedikasinya pada upaya kemanusiaan yang sedang berlangsung, termasuk layanan sosial dan bantuan bencana di dalam negeri. Ketua WALUBI Siti Hartati Murdaya menambahkan, "Dengan semangat kasih sayang dan kepedulian, kita bisa menjadi cahaya bagi orang lain dan menciptakan dunia yang lebih baik."



Sponsor