Taiwan Bergulat dengan Limbah Nuklir: Secercah Harapan dari Jepang?

Dapatkah terobosan di Jepang menawarkan Taiwan sebuah jalan ke depan dalam perdebatan energi nuklirnya?
Taiwan Bergulat dengan Limbah Nuklir: Secercah Harapan dari Jepang?<br>

Judul berita terkini ramai dengan berita kemajuan teknologi <strong>tenaga nuklir</strong>. Bahkan negara-negara yang sebelumnya menentang energi nuklir kini mengumumkan rencana untuk meninjaunya kembali. Menambah semangat, laporan dari komunitas sains nuklir <strong>Jepang</strong> menunjukkan potensi terobosan dalam mengatasi masalah <strong>limbah nuklir</strong> yang sulit diatasi.

Debat global seputar energi nuklir terus berlanjut, dengan konsep "tanah air bebas nuklir" ("非核家園") memegang bobot simbolis yang signifikan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tantangan lama dalam mengelola limbah nuklir secara aman. Terlepas dari kemajuan teknologi dalam tenaga nuklir, masalah limbah nuklir yang belum terselesaikan telah memberikan bayangan pada masa depannya. Namun, pengumuman baru-baru ini oleh Badan Energi Atom Jepang, mengenai pengembangan "baterai isi ulang bertenaga limbah nuklir" pertama, menawarkan secercah harapan, bahkan jika itu tidak sepenuhnya memecahkan masalah.

Badan Energi Atom Jepang secara resmi mengumumkan desain baterai isi ulang baru yang menggunakan uranium sebagai bahan aktifnya. Mereka menggunakan uranium yang diperkaya, produk sampingan dari pemurnian batang bahan bakar dari bijih uranium alami, sebagai bahan aktif untuk elektroda negatif dalam proses kimia baterai, sedangkan besi digunakan untuk elektroda positif. Uranium yang diperkaya telah lama diakui sebagai bahan aktif yang cocok untuk baterai kimia. Menurut Badan Energi Atom Jepang, baterai isi ulang yang dikembangkan dengan uranium yang diperkaya memiliki tegangan 1,3 volt, mendekati 1,5 volt dari baterai alkaline.



Sponsor